"Taman - Taman Para Penuntut Ilmu"
Sebelumnya, saya mohon maaf kepada para akhwat, jika kisah ini membuat lemahnya semangat. Kisah ini adalah hiburan bagi orang - orang shaleh, dan pelajaran bagi orang - orang yang bertakwa, dan nasehat bagi orang yang hatinya lalai kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Yuk kita simak kisahnya.
Kisah ini terdapat didalam kitab Tanbihul Ghafilin hal 395 :
Abdul Wahid bin Zaid rahimahullah berkata :
"Ketika kami sedang duduk - duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap - siap sejak Senin pagi. Kemudian saja adalah seorang pemuda laki - laki membaca ayat :
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang - orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi surga." [al-Quran surat at-Taubah ayat 111]
Aku (Abdul Wahid) menyabut : "Ya, kekasihku."
Lelaki itu berkata : "Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan harta ku dengan harapan aku memperoleh surga."
Aku menjawab : "Sesungguhnya ketajaman pedang ini melebihi semua. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini."
Lelaki itu berkata : "Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli dengan Allah, dengan harapan mendapatkan Surga. Mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepada mu itu akan melemah.
Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, kalau orang kesayangan ku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?"
Kemudian laki - laki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang.
Ketika kami telah berada dimedan perang, dialah laki - laki yang pertama kali yang tiba ditempat tersebut. Dia (pemuda laki-laki itu) berkata : "Assalamu'alaika ya Abdul Wahid"
Aku menjawab : "Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini."
Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa disiang hari dan shalat malam, pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kai serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba diwilayah Romawi.
Ketika kami sedang duduk - duduk pada suatu hari, tiba - tiba dia datang sambil berkata : "BETAPA RINDUNYA AKU KEPADA BIDADARI BERMATA JELI."
Kawan - kawan ku berkata : "Sepertinya laki - laki pemuda ini sudah mulai linglung (hilang akal)."
Dia mendekati kami lalu berkata : "Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli."
Aku bertanya : "Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu.?"
Laki - laki itu menjawab : "Ketika aku sedang tidur, tiba - tiba aku bermimpi ada seorang datang menemuiku, dia berkata : "Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli."
Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman dipinggir sebuah sungai yang berair jernih. Ditaman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan yang sangat indah sampai - sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahan nya.
Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata : "Demi Allah, suami bidadari bermata jeli itu sudah tiba."
Kemudian aku berkata : "Assalamu'alaikum, apakah ada diantara kalian ada bidadari bermata jeli?" Pelayan cantik itu menjawab : "Tidak, kami sekedar pelayan dan pembanu bidadari bermata jeli. Silahkan teruskan (perjalanan mu)."
Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba disebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada disebuah taman dengan berbagai perhiasan. Didalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku meliha mereka, aku terpesona. Ketika mereka melihatku, mereka memberiku kabar gembira dan berkata kepada ku : "Demi Allah, telah datang suami bidadari bermata jeli"
Aku berkata : "Assalamu'alaikum, apakah ada diantara kalian bidadari bermata jeli?"
Mereka menjawab : "Waalaikassalam wahai waliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan teruskan perjalanan mu."
Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada disebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, disana terdapat bidadari- bidadari yang sangat cantik, yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari- bidadari yang telah aku lewati sebelumnya.
Aku berkata : "Assalamu'alaikum, apakah diantara kalian ada bidadari bermata jeli?"
Mereka menjawab : "Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan."
Aku berjalan maju, aku tiba disebuah sungai yang mengalir madu asli di sebuah taman dengan bidadari - bidari yang sangat cantik, berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya.
Aku bertanya : "Assamu'alaikum, apakah diantara kalian ada bidadari bermata jeli?" Mereka menjawab : "Wahai Waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi?"
Aku berjalan maju mengikuti perintah nya, aku tiba disebuah tenda yang terbuat dari mutiara yang dilubangi, didepan tenda terdapat seorang bidadari yang sangat cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapkan keindahan nya. Begitu bidadari itu melihat ku, dia memberi kabar gembira kepadaku, dan memanggil dari arah tenda : "Wahai bidadari bermata jelita, suamimu datang."
Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari bermata jelita duduk diatas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata : "SELAMAT DATANG WALIYURRAHMAN, Telah hampir tiba waktunya untuk kita bertemu."
Aku pun maju untuk memeluknya, tiba - tiba ia berkata : "Sebentar, belum saatnya engkau memeluk ku karena dalam tubuh mu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah engkau akan berbuka puasa bersama ku dikediaman ku, Insya'Allah."
Seketika itu aku bagun dari tidur ku Wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak sabar lagi, ingin bertemu dengan bidadari bermata jelita itu."
Abdul Wahid menuturkan : "Belum lagi pembicaraan kami selesai, kami mendengar pasukkan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas mengangkat senjata begitu juga pemuda laki - laki itu.
Setelah peperang berakhir, kami menghitung jumlah korban yang wafat, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh laki - laki itu, dan pemuda itu juga meninggal dunia. Ketika aku melintas didekat jenazahnya, aku lihat tubuhnya berlumuran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya." [Mi'ah Qishshah min Qishashish Shalihin, Muhammad bin Hamid Abdul Wahhab. Diterjemahkan dengan judul 99 Kisah Orang Shalih. cet Darul Haq]
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." [al-Quran surat Ath-Thur ayat 17 - 21]
Masihkah ada waktu bagi kita untuk menyia-nyiakan umur untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagi dunia dan akhirat kita? Padahal kita meninginkan surga Allah?
Semoga Allah mengampuni kita, menerima amal kita, dan memasukkan kita kedalam surga-Nya. aamiin
dikutip dari postingan yang pernah di postkan di grup facebook Al-firqah an-najia
by nurmin
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer